Lailatul Qadar
Lailatul Qadar antara kepercayaan Masyarakat Melayu Dengan tuntutan al-Sunnah
Soalan 1: Malam Lailatul Qodar itu jatuh pada hari ke berapa?
Jawab: Di dalam Al-Qur’an tidak diterangkan pada malam ke berapa malam Lailatul Qodar itu jatuh, tetapi di dalam hadits diterangkan bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 hari awal di bulan Ramadhan menginginkan malam Lailatul Qodar, kemudian beliau beri’tikaf pada 10 hari pertengahannya dan mengatakan (yang
artinya):
“Sesungguhnya malam Lailatul Qodar itu jatuh pada 10 hari akhir di bulan Ramadhan”. Beliau melihatnya dan beliau sujud di waktu subuh di tempat yang berair bercampur tanah, kemudian pada malam ke-21 di saat beliau i’tikaf, turunlah hujan maka mengalirlah air hujan tersebut pada atap masjid karena masjid Nabi shallallahu alaihi wa sallam terbuat dari anjang-anjang. Beliau menjalankan solat subuh bersama para sahabatnya kemudian beliau sujud. Anas bin Malik berkata: ‘Aku melihat bekas air dan tanah dikeningnya, maka beliau sujud ditempat yang berair bercampur tanah.” (HR. Bukhori no.669 dan 2016, Muslim no.1167, dan 216 dari shohabat Abu Sa’id Al-Khudri).
Hadits di atas menunjukkan bahwa malam Lailatul-Qodar pada saat itu jatuh pada malam yang ke-21. Sedangkan para sahabat Rasulullah melihat dalam mimpi mereka bahwa malam Lailatul-Qodar jatuh pada malam ke 27. (HR. Bukhori no.2015, Muslim no.1165 dari sahabat Abdullah bin ‘Umar ).
Yang sahih dari perbedaan para ulama tentang jatuhnya malam Lailatul-Qodar pada 10 hari terakhir adalah berpindah-pindah pada setiap tahunnya, terkadang pada tahun ini jatuh pada malam yang ke 21, kemudian pada tahun berikutnya jatuh pada malam yang ke 29, 25 atau 24.
Adapun hikmah berpindah-pindahnya malam Lailatul-Qodar supaya orang-orang yang malas menjalankan ibadah, mereka bersemangat untuk menjalankan ibadah pada 10 hari terakhir di bulan Romadhan. Hikmah yang lainnya juga yaitu agar menambah amal shalih seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah.
(Syaikh Utsaimin)
Soalan 2 : Apa alamat/tanda malam Lailatul-Qodar?
Jawab: Lailatul-Qodar mempunyai beberapa alamat/tanda, baik secara langsung (yaitu pada malamnya) maupun setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya).
Adapun alamat secara langsung (yaitu pada malamnya) di antaranya:
1. Sinar cahaya sangat kuat pada malam Lailatul-Qodar dibandingkan dengan malam-malam yang lainnya. Tanda ini pada zaman sekarang hanya boleh dirasakan oleh mereka yang tinggal ditempat yang jauh dari cahaya lampu eletrik atau sejenisnya.
2. Bertambah kuatnya cahaya pada malam itu.
3. Thuma’ninah. Yaitu ketenangan dan kelapangan hati yang dirasakan
oleh orang-orang yang beriman lebih kuat dari malam-malam yang yang
lainnya.
4. Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul-Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur. Hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan Romadhan) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”. (HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya).
Kemudian hadits dari sahabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda (yang artinya) “Sesungguhnya alamat Lailatul-Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak didalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syaitan keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”. (HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)
5. Terkadang Allah memperlihatkan malam Lailatul-Qodar kepada seseorang dalam mimpinya. Sebagaimana hal ini terjadi pada diri para sahabat Rasulullah .
6. Kenikmatan beribadah dirasakan oleh seseorang pada malam Lailatul-Qodar lebih tinggi dari malam-malam yang lainnya. Adapun alamat setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya) di antaranya: Matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tidak tersebar sinarnya dan tidak menyilaukan, berbeda dengan hari-hari biasanya.
Hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Ubay bin Ka’ab yang mengatakan: “Sesungguhnya Rasulullah saw. mengkhabarkan kepada kami: “Sesungguhnya Matahari terbit pada hari itu dalam keaadaan tidak tersebar sinarnya”. (HR. Muslim no.762, 2/828)
Adapun alamat yang menyebutkan bahwa tidak ada atau sedikit salakan anjing pada malam Lailatul-Qodar adalah tidak benar, karena terkadang dijumpai pada 10 malam terakhir di bulan Romadhan anjing dalam keadaan menyalak.
Berhubung dengan tanda pokok-pokok akan tunduk pada malam itu, itu adalah kepercayaan masyarakat melayu yang tidak mempunyai sandaran yang kukuh daripada al-Qur'an dan juga al-Sunnah. Ia juga bukan bukti menunjukkan berlaku lailatul qadar pada malam itu. Mungkin juga pokok-pokok itu tunduk kerana angkara ribut atau binatang ternakan manusia. Mungkin juga ia merupakan petanda lailatul qadar yanag ditunjukkan oleh Allah kepada orang-orang tertentu sahaja dan tidak kepada semua orang.
Apa yang penting ialah seseorang bersungguh untuk beribadah pada 10 malam terakhir Ramadhan dan Insya' Allah dia pasti akan menemui lailatul qadar itu, walaupun dalam keadaan tidak menyedarinya. Sebenarnya apa yang disebutkan di dalam al-sunnah di atas, lebih wajar diikuti.
article oleh : Syakir Hassan
No comments:
Post a Comment